Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Nur Afifah



PERNIKAHAN DALAM MASYARAKAT BETAWI
Oleh: Nur Afifah (NIM:11140321000004)

A.  Latar Belakang
Disetiap daerah mempunyai simbol pernikahan yang beranekaragam jenis dan bentuknya dan pastinya memiliki arti tersendiri serta kepercayaan dari masing-masing adat dan kebudayaan. Kita pasti tahu apa arti dari simbol pernikahan, yang dimaksud dengan simbol pernikahan adalah sesuatu hal atau barang yang menjadi ciri khas atau identik dari setiap perayaan atau resepsi pernikahan dan selalu ada dalam acara pernikahan tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa dari suatu jenis atau macam dari simbol pernikahan itu pasti berbeda-beda dari kebudayaan ke budaya lainnya. Dalam hal ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai pernikahan dalam adat betawi di Indonesia.

B.  Letak Geografis Masyarakat Betawi
Secara geografis Betawi terletak di pulau Jawa, namun secara sosiokultural lebih dekat pada budaya Melayu Islam.[1] Menurut garis besarnya wilayah Betawi dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Betawi tengah atau Betawi kota dan Betawi pinggiran. Yang termasuk wilayah Betawi tengah merupakan kawasan yang pada zaman akhir pemerintah colonial Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tempatseperti Tanjung Priuk dan sekitarnya. Sedangkan daerah-daerah lain di luar daerah tersebut terutama daerah-daerah di wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah Betawi pinggiran.[2]

C.  Profil Masyarakat Betawi
Majalah Jakarta yang pada tahun 1992 menyatakan bahwa orang Betawi juga memiliki sifat humor, terbuka, egaliter, dan punya harga diri tinggi (dalam Partrijunianti, 2012).[3] Sementara itu, Mona Lohanda (1996) melihat budaya Betawi memiliki sifat “kelenturan” dalam menanggapi berbagai pengaruh dari luar dan dari dalam. Keadaan yang selalu berubah dan berkembang ini mereka alami sejak zaman Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, sampai Jakarta kini. Kelenturan ini tampak dalam adat, bahasa, dan kesenian (Lohanda, 1996). Sementara, M. Junus Melalatoa (1997) melihat bahwa masyarakat Betawi terbiasa dengan sikap acuh tak acuh terhadap peristiwa di sekelilingnya. Mereka tidak mau memikirkan hal-hal yang pelik, tetapi bersikap pasrah saja terhadap keadaan itu.

D.  Pengertian Pernikahan Menurut Masyarakat Betawi
Kata perkawinan menurut istilah Hukum islam sama dengan kata "nikah" dan kata "zawaj". Nikah menurut bahasa adalah menghimpit, menindih atau berkumpul. Nikah mempunyai arti kiasan yakni "wathaa" yang berarti "setubuh" atau "akad" yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan.[4]
Pernikahan menurut masyarakat Betawi sama hal nya dengan Islam, karena hampir semua masyarakat Betawi menganut agama Islam. Walaupun ada juga yang menganut agama Kristen. Sehingga yangbmembedakan dengan Islam hanya saja Upacara adatvnya saja.
Pernikahan dalam  UU No. 1/74 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan YME.

E.  Tahapan Upacara Pernikahan Masyarakat Betawi di Duren-sawit
Tahapan upacara ini terjadi apabila pernikahan sesama suku Betawi. Apabila tidak sesama orang Betwai maka tidak sepaham apa makna upacara tersebut.
1.    Ngedelengin
Dalam adat pernikahan betawai, Ngedelengin adalah proses mencari pasangan yang bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri.  Setelah mereke bertemu dengan pasangan yang dirasa cocok, proses meminta ke pihak perempuan di lakukan oleh seseorang yang biasa disebut Mak Comblang.[5]
Uniknya pernikahan adat Betawi mulai terlihat disini, sebagai sinyal bahwa anak gadis dirumah itu telah ada yang mengiginkan,maka "mak comblang" menggantungkan ikan Bandeng halaman rumah sang gadis. Simbol ini juga sebagai sinyal bahwa anak gadis dirumah itu telah ada yang mengiginkan. Mungkin anda menganggap proses aneh bukan, namun kenyataannya proses ini  rangkaian perkawinan kebiasaan Betawi yg tidak bolah ditinggalkan.[6] Inilah kembali yang kami pandang uniknya pernikahan adat Betawi.
2.    Ngelamar
Ngelamar adalah  proses  permintaan  resmi  oleh  keluarga  pihak  laki-laki  kepada keluarga  pihak  perempuan.  Setelah  lamaran  di  terima  oleh  pihak perempuan.[7] Keputusan dari pihak wanita akan terjawab pada saat itu juga. Setelah itu, syarat dan prasyarat lamaran akan diutarakan oleh pihak wanita.
Persyaratan yang harus dibawa ketika Ngelamar yaitu;
Ø Sirih Embun yaitu bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk.
Ø Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi nilainya, sesuai dengan namanya.
Ø Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
Ø Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.[8]
3.    Bawa Tande Putus
Masyarakat  sekarang  lebih  mengenal  dengan  tunangan atau  tukar  cincin.  Arti  dari tande  putusadalah bahwa  si Calon  None Pengantin(pengantin  wanita)  telah  terikat  dengan  seoranglelaki  dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain.[9]
Sumber lain menyebutkan Tande Putus adalah sebuah tanda yang mengibaratkan anak wanita yang telah dilamar tidak boleh di ganggu oleh pihak manapun meskipun acara akad nihak masih jauh. Tande putus dapat berupa apa saja, yang mengisyaratkan sebuah ikatan resmi.[10]
4.    Piare Calon None Penganten
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan.[11] Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
5.    Malem Pacar
Malem pacar adalah malam dimana dihadiri para kerabat dekat serta teman-teman dekat calon pengantin wanita. Ritual ini hampir serupa dengan malam bainai dalam adat Padang atau malam midodareni dalam adat Jawa. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.[12]
      Biasanya malem ini ritual malam pacar adalah daun pacar secukupnya, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam, kapur sirih, bumbu sirih; kue basah khas Betawi secukupnya, serta bantal diberi alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan. Ritual pemberian pacar dipandu oleh tukang piare, dimulai oleh ibu calon mempelai wanita, dilanjutkan oleh para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya.[13]
6.    Akad Nikah
Dalam adat pernikahan betawi, setelah akad nikah selesai, mempelai pria akan membuka cadar yang menutupi muka mempelai wanita untuk memastikan apakah benar, yang ada dibalik cadar tersebut adalah wanita idamannya.[14]
Pada saat akad nikah, mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai[15]
Barang bawaan yang harus dibawa ketika Akad Nikah yaitu;
a.    sirih nanas lamaran
b.    sirih nanas hiasan
c.    mas kawin
d.   miniatur masjid yang berisi uang belanja
e.    sepasang roti buaya
f.     kotak ber-ornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
g.     jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
h.    hadiah pelengkap
i.      kue penganten
j.      kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa.
Filosofi Roti Buaya
Dalam sejarah kebudayaan Betawi, buaya adalah salah satu dari tiga hewan yang memiliki arti penting dalam dunia kosmis orang Betawi. Sepasang buaya putih di percaya di kali yang dianggap keramat, seperti Kali Ancol, Kali Cideng, dan Kali Lebak Bulus sebagai penunggu. Orang Betawi saban-saban menyantuninya dengan memberi ancak yang biasanya terdiri dari nasi kuning, telor ayam mentah, lisong dan pisang raja. Bagi orang Betawi, sepasang buaya menyimbolkan kekuatan spiritual yang melindungi kesetiaan dua pasangan. Karena itu dalam tradisi Betawi, roti buaya pantang disantap, cukup dipajang saja di puada (pelaminan). Hal ini selain sebagai nilai mistis penghormatan pada roh siluman buaya putih yang ma’ujud dalam roti buaya, mengandung juga nilai filosof besar harapan pasangan penganten akan awet sampai  bulukan hingga berkalang tanah dan habis dimakan kutu. Bisa selamat hidup di dunia dan akherat seperti  buaya yang dapat selamat di darat.[16]
Oleh karena itu, seorang lelaki Betawi yang pergi melamar calon bininya tidak boleh lalai membawa roti buaya dalam rombongan seserahan. Sebab roti buaya merupakan lambang semua cinta dan kesetian yang tiada henti, abadi.  Ensiklopedi kehewanan pun membenarkan bahwa buaya itu satu-satunya hewan di jagad perbinatangan  yang paling setia karena seumur hidup ia habiskan waktu hanya pada satu pasangan[17]
7.    Acara Kebesaran
Acara ini melibatkan banyak kerabat kedua belah pihak. Mempelai wanita didahului dua gadis kecil memasuki ruangan menuju puade atau pelaminan di dampingi kedua orang tua
a.    Buka Palang Pintu
Setelah prosesi akad nikah selesai prosesi ini mempelai pria tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”.
Kebiasaan Palang Pintu ini adalah pelengkap waktu pengantin pria yang dimaksud " tuan raja mude " akan masuk rumah pengantin wanita atau " tuan putri". Nah, waktu akan masuk tempat tinggal pengantin putri tersebut, pihak pengantin wanita bakal menghadang.[18]
Awalannya, berlangsung dialog yang sopan. Semasing sama-sama bertukar salam, semasing sama-sama mendoakan. Hingga pada akhirnya pelan-pelan kondisi memanas karena pihak pengantin perempun mau menguji kesaktian serta kepandaian dari pihak pengantin lelaki dalam berilmu silat serta mengaji.
Setelah itu, seorang wakil pengantin perempuan menantang adu silat salah satu orang dari pihak lelaki. Prosesi tersebut menyimbolkan upaya keras mempelai laki-laki untuk menikah dengan sang pujaan hati. Uniknya, setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria.[19]
        Tradisi  Palang  Pintu,  yaitu pernikahan    yang    dilakukan    setelah  terjadinya    perkelahian    antara    pesilat perempuan  dan  pihak  laki-laki.  Tradisi  ini  adalah  tradisi  asli  masyarakat  Betawi  baik  tradisional  maupun kalangan elit pada zaman dahulu yang kemudian menjadi warisan budaya kepada generasi sekarang ini.[20]
        Masyarakat   Betawi   menganggap   bahwa   perkawinan   atau pernikahan
merupakan suatu peristiwa penting dalam tatanan masyarakat tradisional maupun modern.  Di  kalangan  masyarakat  Betawi,  perkawinan  menjadi  salah  satu  ritual penting dalam ritme perjalanan hidup seseorang dan menempati posisi yang sakral dalam  rangkaian  proses  kehidupan  yang  dijadikan  falsafah  bagi  masyarakat Betawi.   Pada   dasar   dan   perkembangannya   masyarakat   Betawi   merupakan masyarakat  yang  religius  yang  semakin  mengerti  agama  dan perkembangan zaman.
 Bila diperhatikan dari beberapa sifat masyarakat Betawi ini maka dapat diketahui  bahwa  upacara  Palang  Pintu  menjadi  tradisi  karena  masyarakat Betawi paham  betul  bahwa  pernikahan  merupakan  peristiwa  penting,  sakral  dan  bukan hanya sekedar melampiaskan hawa nafsu sehingga untuk melaksanakannya harus benar-benar siap secara lahir dan batin. Hal itu diterjemahkan dengan melakukan dan  mempertahankan    upacara  Palang  Pintu  sebagai  tradisi  yang  menyimbolkan kesiapan   lahir   dan   batin   seseorang    yang    ingin   menikah.   Palang   Pintu dipertahankan  sebagai  tradisi  juga karena  Palang  Pintu  mengandung  mashlahah dan penuh akan makna kehidupan.[21]
Nilai yang terdapat di dalam Palang pintu
Palang pintu sebenarnya dibagi menjadi tiga bagian yakni pantun, silat dan selawat. Pertama pantun dalam Beradu pantun pada tradisi palang pintu memiliki arti suami harus bisa membahagiakan istri dan anaknya kelak. Selain itu, pantun juga melambangkan keluarga harusnya ceria. Kedua yaitu Silat dalam palang pintu melambangkan bahwa seorang suami harus bisa melindungi keluarga baik gangguan dari dalam atau pun dari luar. Terakhir selawat melambangkan suami harusnya menjadi tuntunan bagi istri dan anaknya. Ketiga yaitu salawat,kalau selawat itu melambangkan laki-laki harus menjadi imam bagi keluarga,[22]
b.   Di Puade
Setelah kedua mempelai duduk di puade, tukang rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita. Selanjutnya, mempelai pria memberi sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam rangkaian sirih diselipkan uang sebagai uang sembe. Lalu mempelai pria membuka cadar mempelai wanita, dilanjutkan acara sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria, lalu kedua mempelai menyembah kepada kedua pihak orang tua. Acara terakhir adalah suapan nasi kuning sebagai suapan terakhir orang tua kepada putra putrinya.[23]
8.    Acara Negor
Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None Penganten.Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-istri.None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.[24]
 Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di  bawah tatakan gelas. [25]
9.    Pulang Tige Ari
Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none  penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.[26]

  
Daftar Pustaka

JJ Rizal, kita Kirimi saja Roti Buaya. 2009 : Pendar Pena, Vol.2 No.4
Masagi ,Minda. 2015 Dinamika Wanita Betawi. Indonesia:Press and UPI Bandung: vol.1 No.15
Nadia Soraya Andini. 2011. KETERKAITAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DENGAN SISTEM KEKERABATAN DALAM  PERKAWINAN ADAT BETAWI. Bandung: Sekilah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Wedding, Semarang Adat Pernikahan Betawi. http://www.semarangwedding.com/Adat-Pernikahan-Betawi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16953/3/Chapter%20II.pdf , diakses  pada tanggal 05 Mei 2016 pukul 19:00 WIB
http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi. Diakses pada tanggal 08 Mei 2106, 17:07  WIB
http://www.rumahnikah.com/uniknya-pernikahan-adat-betawi/. Diakses pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 17:43 WIB
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan.html#_ Diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pukul 14:56 WIB



[1] Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16953/3/Chapter%20II.pdf , pada tanggal 05 Mei 2016 pukul 19:00 WIB

[2] Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16953/3/Chapter%20II.pdf , pada tanggal 05 Mei 2016 pukul 19:00 WIB
[3] Minda Masagi, Dinamika Wanita Betawi (Press and UPI Bandung, Indonesia: vol.1 No.15 2015)h.71
[5] Semarang Wedding, diakses dari http://www.semarangwedding.com/Adat-Pernikahan-Betawi, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 14:35 WIB
[6] Diakses dari http://www.rumahnikah.com/uniknya-pernikahan-adat-betawi/, pada tanggal 08 mei pukul 14:39 WIB
[7] Bayu Andrian Pamungkas, Suku Betawi (Universitas Seni dan Rupa Surakarta, 2015), h,5
[8] Diakses dari http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi pada tanggal 08 Mei 2016, pukul 14:58 WIB
[9] Bayu Andrian Pamungkas, Suku Betawi (Universitas Seni dan Rupa Surakarta, 2015), h,5
[10] Indah Tri Mulyanti, diakses dari http://indahtrimulyanti30.blogspot.co.id/2013/05/susunan-tata-cara-serta-filosofi-adat.html, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 15:23 WIB
[11] Diakses dari http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi, pada tanggal 08 Mei 2106, 15:34 WIB
[12] Diakses dari http://www.rumahnikah.com/uniknya-pernikahan-adat-betawi/, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 15:51 WIB
[13] Diakses dari http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi, pada tanggal 08 Mei 2106, 15:50 WIB
[14] Nadia Soraya Andini, KETERKAITAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DENGAN SISTEM KEKERABATAN DALAM  PERKAWINAN ADAT BETAWI. (Sekilah Tinggi Kesejahteraan Sosial: Bandung, 2011),h.3
[15] Nadia Soraya Andini, KETERKAITAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DENGAN SISTEM KEKERABATAN DALAM  PERKAWINAN ADAT BETAWI. (Sekilah Tinggi Kesejahteraan Sosial: Bandung, 2011),h.4

[16] JJ Rizal, kita Kirimi saja Roti Buaya, (Pendar Pena, Vol.2 No.4 Maret 2009), h.14
[17] JJ Rizal, kita Kirimi saja Roti Buaya, (Pendar Pena, Vol.2 No.4 Maret 2009), h.15
[18] Diakses dari http://www.rumahnikah.com/uniknya-pernikahan-adat-betawi/, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 16:43 WIB
[19] Indah Tri Mulyanti, diakses dari http://indahtrimulyanti30.blogspot.co.id/2013/05/susunan-tata-cara-serta-filosofi-adat.html, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 16:42WIB
[20] Diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/1954/8/08210065_Bab_4.pdf, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 17:02 WIb h.59
[21] Diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/1954/8/08210065_Bab_4.pdf, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 17:02 WIb h.60
[22] Merah Putih, Filosofi Tradisi Palang Pintu Betawi.diakses dari http://indonesiana.merahputih.com/budaya/2016/03/29/filosofi-tradisi-palang-pintu-betawi/39737/ pada tanggal 10 Mei 2016 Pukul 15:23 WIB
[23] Diakses dari http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi, pada tanggal 08 Mei 2106, 17:07  WIB
[25] Diakses dari http://www.rumahnikah.com/uniknya-pernikahan-adat-betawi/, pada tanggal 08 Mei 2016 pukul 17:43 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar