BALIMAU
PATANG DI NAGARI LIMAU LUNGGO
Oleh:
Afrida Purwanti (11140321000003)
1.
Letak
Geografis
Nagari (Desa) Limau-Lunggo terletak
di Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten
Solok, Provinsi Sumatra Barat. Nagari ini adalah salah satu
daerah yang ada di Indonesia. Dengan wilayah yang udaranya cukup sejuk bahkan dingin, Dengan luas wilayah 874
Ha dengan Batas Utara Nagari Batu Bajanjang, Selatan Nagari Koto Gadang,
Barat Kecamatan Bukit Sundi, Timur Nagari Sungai Janiah Kecamatan Gunung
Talang.
2.
Sejarah
dan Asal-Usul Negeri
Nagari Limau
Lunggo merupakan bagian dalam salah satu Nagari Koto Nan VI yang masih pecahan
dari Kubung Tigo Baleh. Menurut sejarah atau cerita dari orang tua-tua dahulu
pada mulanya Nagari Limau Lunggo sebelum menjadi nagari merupakan sebuah
pemukiman masyarakat yang terletak disebuah bukit.
Pemukiman
tersebut baru merupakan sekelompok rumah yang terletak di lembah sebuah bukit
yang pada saat itu dinamakan bukit juyiang (tinggi) karena letak bukit tersebut
di kaki Gunung Talang. Sehingga bukit tersebut terlihat sangat tinggi dan
menutupi Gunung dan masyarakat menyebutnya dengan Bukit Manjuyiang.
Pada masa itu
kehidupan masyarakat bergantung pada pertanian, maka dibangunlah jalan untuk
keladang atau sawah bahkan jalan menuju
bukit juyiang tersebut. Masyarakat pada waktu itu membangun jalan dengan
menyusun batu-batu yang ada, sehingga jalan tersebut membentuk tangga.
Sampai saat ini
jalan itu juga masih dapat ditemui dan namanya dijadikan sebagai nama nagari
yaitu Limau Lunggo Bajanjang Batu. Jadi menurut sejarah, nagari Limau Lunggo
dan Batu bajanjang dulunya adalah satu nagari. Kemudian dipecah menjadi dua tatanan
kehidupan masyarakat Limau Lunggo sangat berpegang pada Budaya Alam Minangkabau
(Budaya Alam Kubuang Tigo Baleh) yaitu tradisi Bagalanggang.
Asal mula nama
Nagari Limau Lunggo yaitu Limau artinya mandi, Runggo artinya
badan, jadi Limau Lunggo artinya Memandikan Badan. Karena
banyaknya orang dari nagari luar pada masa dahulu datang ke Nagari Limau Lunggo untuk “Mengisi badan”
dalam artian menuntut ilmu sehingga orang yang datang menyampaikan niatnya
dengan istilah Limau Lah Runggo.
Limau Lunggo
terkenal dengan orang-orang yang punya ilmu bela diri dan agama. Ada satu
legenda di Nagari Limau Lunggo yaitu Tonggak Tuo. Konon kabarnya tonggak
tuo (tiang utama mesjid) ditegakkan oleh satu orang yang bernama Muhammad
Qushin biasa di panggil Gaek Surau. Dari cerita-cerita orang tua dahulu,
tonggak tersebut didirikan oleh satu orang setelah seluruh masyarakat tidak
sanggup menaikkannya secara bersama-sama, namun gaek surau dapat menegakkan
tonggak tersebut sendiri dan mengeluarkan mata air sewaktu tonggak itu
ditegakkan. Mata Air itu kini dikenal dengan Aia Mancu, Konon air
ini tidak pernah kering dan sudah dibuktikan pada tahun 1926 yang pada waktu
itu terjadi gempa besar yang mengakibatkan sumber mata air di nagari kering. Namun
aia mancu ini tidak pernah kering sehingga masyarakat datang berduyun-duyun ke
Aia Mancu untuk mengambil air tersebut. Bahkan Aia Mancu banyak di ambil oleh
wisatawan local.
Mayoritas penduduk Nagari Limau
Lunggo adalah sebagai petani layaknya mayoritas penduduk yang ada di daerah
pedesaan lainnya. Ada juga yang sebagian pedagang, dan guru. Jumlah
penduduknya sekitar 4.0006 Jiwa (653 KK), Ketinggian 800 mdpl,
berhawa sejuk dan tropis, curah hujan sedang, beberapa fasilitas
umum seperti:
·
TK: 1
·
SD: 2
·
SMP:-
·
SMA:-
·
Mesjid: 1
·
Mushalla: 15
·
Puskesmas: 1
·
Balai Adat: 1
·
Kesenian: 2
·
Grup lapangan Olah Raga: Volley, Takraw
3.
Tradisi
Balimau-Patang
Tradisi Balimau Patang merupakan tradisi turun temurun masyarakat
Limau Lunggo dalam setiap menyambut bulan suci Ramadhan. Acara balimau patang
dilaksanakan satu hari menjelang puasa. Balimau Patang memiliki keunikan antara
lain acara ini menampilkan kesenian anak Nagari Limau Lunggo, acara Balimau
dengan air limau yang dibuat sendiri oleh masyarakat, serta keunikan yang lain
adalah adanya carano yang disusun sebanyak kurang lebih 300 buah, kemudian
nanti akan diisi oleh para perantau atau pun tamu-tamu dari luar nagari. selain
memberikan manfaat pada masyarakat dengan adanya pengisian carano ini, acara
balimau patang merupakan salah satu acara yang terbesar yang dilaksanakan di
Nagari Limau Lunggo. Acara ini pada awalnya merupakan momentum untuk silaturahmi
antara masyarakat nagari dan perantau. pada acara ini semua masyarakat Nagari
Limau Lunggo berbaur dalam suatu keceriaan dan canda tawa serta saling memaafkan
dalam menyambut bulan Ramadhan.
Penduduk yang masih lekat dengan adatnya sangat terlihat di desa
ini. salah satu kegiatan adalah " BALIMAU PATANG " dimana kegiatan
itu sendiri merupakan kegiatan tahunan yang selalu dilakukan oleh masyarakat
sekitar. kegiatan ini dilakukan setiap sehari menjelang datangnya bulan suci
Ramadhan.
Format acaranya hampir tidak berubah dari tahun ketahun. Jika
dilihat dari foto diatas, ada sebuah foto yang memperlihatkan
"carano" atau seperti mangkok plastik yang didalamnya diisi dengan
sirih dan air yang didalam botol terbuat dari rempah-rempah sejenis lengkoas. Isi
cerano tersebut kemudian akan di bawa ke balai desa dimana tempat kegiatan itu
dilaksanakan. Masyarakat berkumpul dibalai adat bersama dengan carano yang
nantinya akan diletakkan diatas susunan meja.
Carano itu nantinya akan diisi dengan kurang lebih sembako.
Meskipun tidak lengkap sembilan bahan pokok tapi biasanya memang yang dikasih
itu keperluan atau kebutuhan sehari hari seperti mie instant, gula, sabun,
shampo, syrup,sarung, dan bahkan uang (meskipun nominalnya tidak begitu besar)
tapi itu semua mereka dapatkan ketika balimau patang itu tiba.
Tradisi yang telah bertahun-tahun ini mendapatkan sambutan yang
sangat luar biasa dari masyarakat yang berada dikampung halaman maupun yang
berada di perantauan. Didalam tradisi ini para perantaulah yang banyak atau
yang biasanya mengisi sembako ke dalam carano. Ada juga beberapa warga yang
masih menetap dikampung yang ikut dalam pengisian tersebut. Acara pengisian ini
dlakukan sukarela oleh para perantau dari luar Limau Lunggo yang mungkin sudah
sukses dan ingin membagi sedikit penghasilannya untuk "urang kampuang nan
dicinto".
Puncak acara adalah ketika pengisan carano sudah selesai, air yang
dibawa tadi (air wangi) akan disiram keatas sehingga semua orang terkena air
tersebut, ada juga yang mencuci muka, dan membasahi sebagian rambut dengan air
tersebut. Setelah semua nya selesai warga Limau-Lunggo berbondong-bondong
pulang kerumah masing-masing dan menyegerakan pergi ke Masjid dan surau-surau
untuk melaksanakan shalat Maghrib, Isya, dan di lanjutkan shalat sunah Taraweh.
Begitulah memang kebiasaan yang memang seharusnya terus dilestarikan
oleh anak cucu kita nanti. Saling memberi dan saling menolong serta rasa
kebersamaan dan juga rasa cinta terhadap kampung halamanlah yang dapat kita
petik dari acara atau kegiatan ini.**)
**) Hasil wawancara dengan ......, narasumber adalah
seorang .... di ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar