BUDAYA MANTEN KUCING DI DESA PALEM, KECAMATAN
CAMPURDARAT, KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA
TIMUR
Oleh: Zizi Mubarok (NIM: 11140321000022)
A. Profil Desa Palem
1. Sejarah Desa Palem,
Sebelum desa Palem terbentuk pemerintahan
desa, hanya merupakan suatu wilayah babatan. Dan yang membuka wilayah babatan
tersebut adalah tiga orang dari kerajaan Mataran, yaitu :
1.
Eyang Ibrahim, membuka wilayah bagian timur.
2.
Eyang Tambakreso, membuka wilayah tengah.
3.
Eyang diposentono, membuka wilayah Barat.
Setelah ketiga orang tersebut berhasil membuka
wilayah babatan, maka lambat laung dibentuklah system pemerintahan. Namun Eyang
Tambakreso yang ada diwilayah tengah tidak memikirkan masalah duniawi, maka
wilayahnya digabungkan ( diserahkan ) kepada Eyang Diposentono yang ada di
wilayah barat. Akhirnya terdapat wilayah pedukuhan yaitu Suberjo, Palem, dan
Tambak dengan pusat pemerintahan di Dukuh Palem. Sedangkan wilayah timur yang
dipegang oleh Eyang Ibrahim dengan wilayah pedukuhan yaitu, Jambu, Bangak,
Jinggring dan Golong dengan pusat pemerintahan di Dukuh Jambu.
Sepeninggalan Eyang Diposentono Desa Palem
dipegang oleh Eyang Dipojono. Sedangkan sepeninggalan Eyang Ibrahim Desa Bangak
dipegang oleh eyang Singodimedjo. Dan sepeningalan Eyang Dipojono Desa Palem
dipegang oleh Eyang Kucir. Sedangkan Desa Bangak seninggal eyang Singodimedjo
dipegang oleh Eyang Sutomedjo.
2. Kondisi Desa Palem
Desa Pelem memiliki luas wilayah secara
keseluruhan adalah : 735,690 Ha. Dimana luas tersebut terbagi atas 323,408 Ha
adalah pemukiman penduduk sisanya 194,031 Ha adalah lahan kering dan 218,251 Ha
adalah area persawahan.
Selain itu Desa Pelem juga memiliki
tempat-tempat hiburan untuk anak-anak ataupun dewasa. Tempat wisata ini bisa
digunakan kapanpun untuk rekreasi dan tempat bermain, yaitu kolam renang yang
tepatnya berada di dusun Pelem dan Wisata Cuban yang berada di Dusun Jambu,
serta wisata yang lainnya.
Mungkin dari sekian wisata yang ada di desa
Pelem, yang lebih dikenal oleh banyak orang didaerah – daerah lain adalah
wisata Cuban. Tempat ini sering dikunjungi oleh orang – orang untuk sekedar
melihat – lihat pemandangan dan air terjun ataupun untuk sekedar jalan – jalan.
Lebih ramai lagi apabila ada saat hari minggu atau liburan, banyak orang –
orang dari para remaja dan orang – orang dewasa yang datang kesana. Cuban ini
tempatnya berada didaerah perbukitan yang cukup terjal yang dikelilingi oleh
area tegal dan area persawahan.
B. Kajian Teori
1. Devinisi Kebudayaan
Kebudayaan atau yang disebut peradaban
mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang
kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,moral, hukum, adat istiadat
(kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Para
ahli sudah banyak yang menyelidiki berbagai kebudayaan. Dari hasil penyelidikan
tersebuttimbul dua pemikirantentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban.
Pertama anggapan bahwa adanya hukum atau kebudayaan disebabkan oleh tindakan
besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya yang sama. Kedua
anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf
perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya.[1]
Kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya
diserap dari bahasa sansekertabuddhayah, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang
berarti budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan segala hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal.
Menurut ilmu Antropologi, kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan, hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[2]
Seorang antropolog lain, yaitu E.B.Taylor
(1871) mendefinisikan kebudayaan dalam bukunya yang berjudul Primitive
Culture, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan ang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Unsur-unsur Kebudayaan
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai
Cultural Universals, yaitu:[3]
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (
pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,
transport dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem
ekonomi ( pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan
sebagainya ).
3. Sistem kemasyarakatan ( sistem kekerabatan,
organisasi politik, sistem hukum, system perkawinan).
4. Bahasa ( lisan maupun tertulis).
5. Kesenian ( seni rupa, seni suara, seni gerak,
dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi ( sistem kepercayaan).
3. Fungsi Kebudayaan
Hasil karya manusia masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama didalam melindungi
masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Adapun fungsi dari unsur kebudayaan
yang ada dalam masyarakat untuk memuaskan hasrat naluri kebutuhan hidup mahluk
hidup manusia. Dengan demikian unsur kesenian, misalnya berfungsi memuaskan
hasrat naluri manusia akan keindahan. Unsur sistem pengetahuan berfungsi
memuaskan hasrat naluri untuk tahu.[4]
C. Budaya Manten Kucing
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih
jauh mengenai budaya Manten Kucing yang terjadi di daerah Tulungagung Jawa
Timur. Penelitian ini bertujuan untukvmenguraikan tentang budaya Manten Kucing
yang dilestarikan oleh masyarakat Desa Palem Tulungagung.
Observasi ini dilakukan di daerah kabupaten
Tulungagung tepatnya di desa Palem, Tulungagung dan disekitar Pendopo
Tulungagung. Kabupaten Tulungagung adalah suatu kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. beribukota di Kecamatan Tulungagung, yang
terletak tepat di tengah Tulungagung.
Manten Kucing merupakan budaya khas asli Palem
Tulung Agung, yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan sampai saat ini
masih dilestarikan, budaya manten kucing ini yakni mengawinkan dua ekor kucing,
kucing jantan dan kucing betina sebagai sarana untuk mendatangkan hujan.
Dalam budaya Manten Kucing ini, proses
perkawinanya menggunakan doa-doa jawa yang dilakukan oleh sesepuh desa untuk
menikahkan sepasang kucing tersebut, serta doa-doa untuk meminta hujan. Ketika melakukan ritual Manten Kucing
tersebut juga dilakukan tindakan berupa proses tradisi yaitu mengarak sepasang
kucing beserta sepasang laki-laki dan perempuan yang menggendongnya, menikahkan
dengan meletakkan sepasang kucing tersebut di pangkuan sepasang laki-laki dan
perempuan yang menggendongnya secara berdampingan, memandikan sepasang kucing
tersebut dan diiringi dengan permainan gamelan yang mengiringi proses
pernikahan sepasang kucing tersebut. Ritual ini dilakukan selayaknya ritual
perkawinan sepasang manusia, sepasang kucing tersebut diberikan aksesoris serta
baju pengantin atau kebaya yang mirip dengan pernikahan sepasang manusia.
Keunikan dalam prosesi ritual ini yakni ketika
pasangan manten kucing dipertemukan menjadi pengantin di pelaminan, ada
beberapa wanita tua yang juga ikut
tampil melantunkan tembang khas Jawa sambil memegang dua tangan sepasang
pengantin kucing, kemudian setelah melantunkan tembang Jawa tersebut mereka
melempar-lemparkan pisang hingga orang-orang yang menyaksikan ritual tersebut
berebut untuk mendapatkan pisang yang diyakini membawa berkah itu. Setelah
prosesi ritual ini selesai setiap warga kemudian menyediakan Ambengan
(sesajian) yang diletakan disamping kursi pelaminan pasangan pengantin kucing.
(sesajian) yang diletakan disamping kursi pelaminan pasangan pengantin kucing.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa Salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya pada
masyarakat Jawa daerah Tulungagung yaitu budaya Manten Kucing. Tradisi ini
telah lama berkembang di daerah Tulungagung dan menjadi sebuah ciri khas budaya
tersebut. Budaya Manten Kucing ini berasal dari Desa Palem Kabupaten
Tulungagung dan tetap dilestarikan sampai sekarang. Tradisi ini dilakukan
sebagai upaya untuk mendatangkan hujan.
E. Daftar
Pustaka
Koentjoroningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta. PT. Rineka Cipta,2002
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada,2007
Soelaeman, Munandar. Ilmu Budaya Dasar, Bandung. PT. Refika Aditama, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar