CINGKRIK GONING: SILAT ASAL BETAWI
Oleh: Muhammad
Firman Hidayat
A.
Sejarah
dan Tokoh Cingkrik Goning
Pencak silat Cingkrik Betawi adalah seni beladiri Indonesia asli,
yang telah berumur bertahun-tahun dan diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Di
tiap-tiap daerah di Indonesia ada tokoh-tokoh pencak silat yang ternama. Tokoh
pencak silat Cingkrik Betawi ini, berasal dari seorang pendekar dan pahlawan Betawi
yaitu : Ki Pitung. Cingkrik inilah
yang dipercaya menjadi "maenan" tokoh legendaris si Pitung. Banyak
orang mengenal jagoan asal Betawi itu, tapi tak banyak yang pernah mendengar
kata Cingkrik. Cingkrik adalah salah satu aliran silat Betawi. Lantaran beberapa
gerakannya adalah berlompatan dengan satu kaki, orang Betawi menyebutnya
Jejingkrikan-silat ini pun disebut Jingkrik, Cingkrig atau Cingkrik.
Ki Pitung beliau belajar pencak silat dari seorang haji yang
berasal dari daerah Menes di Banten Jawa Barat. Beliau menyebar-luaskan pencak
silat cingkrik Betawi ini ke daerah Marunda dan ke daerah Rawa Belong Kebon
Jeruk serta daerah Jakarta dan sekitarnya.
Ki Goning, nama aslinya adalah Ainin Bin Urim. Beliau adalah
seorang pejuang serta pewaris dan penerus silat Cingkrik Betawi. Beliau lahir
sekitar tahun 1895 dan meninggal sekitar tahun 1975 pada umur 80 tahun. Beliau
sering dipanggil “Nin” (berubah bunyi menjadi “Ning”) dan ditambah di depan
kata Ning oleh orang-orang dengan bahasa Betawi yaitu dengan kata ejekan “Go”
maka menjadi “Goning”.
Menurut penjelasan dari Haji Husien (anak kedua dari Kong Goning),
bahwa beliau sering pergi ke daerah Marunda (Cilincing Tanjung Priok) tempat
dimana Ki Pitung jaya pada zamannya. Beliau
pulang ke Kedoya dari Marunda 2, 3 sampai 4 hari lamanya (tidak dijelaskan apa tujuannya).
Beliau mempunyai 4 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. Nama
anak laki-laki beliau adalah :
1.
Kosim
(Almarhum)
2.
Haji
Husien
3.
Haji
Sa’adih
4.
Haji
Arsyad Jago/Mandor (Almarhum)
Dan beliau juga mempunyai seorang murid yang bernama Bapak Usup
Utay.
Di daerah Kedoya, pencak silat Cingkrik Betawi ada 2 macam aliran,
yaitu:
1.
Aliran
silat Cingkrik Betawi Sinan dengan ciri gerakan jurus pendek-pendek.
2.
Aliran
silat Cingkri Betawi Goning dengan ciri gerakan jurus panjang dan lebar.
Bapak Usup Utay, beliau adalah murid dari Kong Goning.
Beliau lahir sekitar tahun 1927 serta meninggal sekitar tahun 1993 pada umur 66 tahun.
Beliau mempunyai murid yang bernama TB. Bambang Sudrajat dari daerah Grogol.
Beliau lahir sekitar tahun 1927 serta meninggal sekitar tahun 1993 pada umur 66 tahun.
Beliau mempunyai murid yang bernama TB. Bambang Sudrajat dari daerah Grogol.
Bapak TB. Bambang Sudrajat adalah murid dari Bapak Usup Utay dan
beliau merupakan pewaris dan penerus dari aliran pencak silat Cingkrik Goning
Betawi.
Cingkrik merupakan maenannya Bang Pitung. Jagoan dari daerah
marunda. Konon orang tuanya orang bugis yang menetap di Batavia. Ada yang
bilang dia Robin Hoodnya betawi, ada juga yang bilang pitung itu perampok. Mana
yang benar tak tahu pasti. Yang pasti pitung mati di tembak belanda Catatannya
bisa dilihat di perpustakaan Leiden, Belanda.
Pak Bambang sendiri belajar sejak tahun 1966. Kala itu ia berumur
11tahun. Waktu itu Ia melihat tukang bambo dari daerah rempoa belajar silat
dengan Kong Usup Utay. Karena setiap hari Pak Bambang datang ke tempat latihan
maka oleh Kong Usup Utay ia di tanya apakah ia mau belajar silat. Pak Bambang
menjawab mau. Kemudian oleh Kong Usup Utay Pak Bambang disuruh untuk meminta
izin dari orang tuanya. Setelah itu mulailah Pak Bambang belajar silat dengan
Kong Usup Utay. Sampai akhirnya Pak Bambang menikah dengan putri Kong Usup Utay
.Pak
Bambang sendiri telah Kong Usup Utay meninggal dunia. Tapi sebelum meninggal
beliau berpesan kepada Pak Bambang
jangan sampai mati obor(punah-red).
Untuk mempelajari cingkrik goning harus dengan jumlah yang genap,
karena latihan dilakukan dengan berpasangan. Latihan cingkrik goning yang
diajarkan Bapak Bambang dibuka dengan membaca surat Al-Fatihah kemudian
dilanjutkan dengan senam pemanasan, latihan gerak jurus, latihan tanduk/teknik
80 bantingan kemudian diakhiri dengan latihan jual beli (latihan sparring).
Kepada muridnya yang beragama Islam Pak Bambang berpesan agar jangan sampai
meninggalkan sholat 5 waktu agar mendapat berkah dari Allah.
B.
Ciri
Khas dan Filosofi
Banyaknya
teknik bantingan/kuncian inilah yang merupakan daya tarik tersendiri dari cingkrik
goning. Bahkan teknik kunciannya dapat bersaing dengan teknik aikido, jijutsu
atau judo. Ciri lainnya, semua tekniknya dilakukan dengan satu hitungan. Jadi
kecepatan dan ketepatan merupakan unsur yang penting dari silat ini. Selain itu
silat ini lebih bersifat defensif atau menunggu serangan lawan. Begitu lawan
mengeluarkan serangan seketika kita maju kedepan untuk menangkis dan
melumpuhkan serangan lawan, hal ini disebut "Tubruk".
C.
Motto
dan Arti Lambang Perguruan Cingkrik
Motto
dari Cingkrik Goning adalah pengendalian diri. Motto tersebut tertuang dalam
lambang perguruan itu sendiri. Lambang perguruan Cingkrik adalah sebuah satu
tangan yang jari telunjuk dan jari jempolnya membentuk huruf J atau L dengan jari tengah, jari manis dan
jari kelingking agak ditekuk. Arti dari jempol di situ menunjukkan tentang
kekuatan, karena kekuatan dari tangan berpusat di jempol dan arti telunjuk yang
mengarah ke atas bermaksud untuk mengesakan yang ada di atas yakni Tuhan rti
dari jempol di situ menunjukkan tentang kekuatan, karena kekuatan dari tangan
berpusat di jempol dan arti telunjuk yang mengarah ke atas bermaksud untuk
mengesakan yang ada di atas yakni Tuhan Yang maha Esa. Sedangkan yang dimaksud
dengan 3 jari lainnya adalah pengendalian pikiran, emosi dan tindakan.
D.
Teknis
Pelaksanaan
1.
Dalam
Tekinik Bela Diri ini tidak dibatasi umur bagi para murid yang ingin mengikuti
Teknik Bela Diri ini. Dari anak kecil sampai orang yang sudah dewasa pun bisa
mengikutinya, tetapi pembelajarannya berbeda dan disesuaikan.
2.
Pada
awalnya perguruan ini tidak mengenal sistem tingkatan sabuk sama seperi yang
diterapkan di peguruan bela diri yang lain. Tetapi karena berkembanya zaman dan
diterapkannya kurikulum akhirnya perguruan ini menggunakan system tingkatan
sabuk. Namun itu hanya sebagai symbol saja.
3.
Dalam
Teknik Bela Diri ini memiliki 12 jurus. Ketika para murid sudah menguasai 12
jurus tersebut maka mereka akan berlanjut ketingkat selanjutnya melalui proses
yang dinamai dengan “Tutup Jurus”. Pada proses tutup jurus ini mereka akan
dilihat dan dinilai oleh sang guru apakah mereka sudah layak atau belum untuk
beralih ke tingkat yang selanjutnya. Ketika murid itu dinyatakan bisa lanjut ke
tingkat selanjutnya maka murid tersebut sudah berhak memalai sabuk kuning dan mulai
belajar mengenai makna-makna gerakan yang ada dalam 12 jurus yang sudah mereka
hfal.
4.
Setelah
mereka mempelajari makna-makna tersebut lalu mereka harus mengaplikasikannya di
dalam latihan.
5.
Di
Cingkrik Goning sendiri merupakan Teknik Ilmu Bela Diri yang menggunakan teknik
bantingam dan kecepatan. Di perguruan Cingkrik ini diajarkan untuk tetap maju
dan pantang mundur.
E.
Prinsip Belajar
Di
dalam belajar Cingkrik tidak mengenal istilah yang paling hebat. Cingkrik
memakai prinsip bahwa yang ada orang-orang yang ada di Cingkrik semuanya
belajar, jadi yang belum bisa akan menjadi bisa lalu yang sudah bisa akan
menjadi tambah bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar