TRADISI PERNIKAHAN DI DESA CISAGA CIAMIS JAWA BARAT
Oleh: Endik Sudikna (NIM: 11140321000029)
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah sebuah momen bersatunya sepasang kekasih dalam
ikatan suami istri yang disahkan dihadapan banyak orang dan di hadapan Tuhan tentunya
diakui oleh negara. Tidak dipungkiri, pernikahan adalah momen penting dalam
kehidupan setiap manusia. Pada dasarnya defenisi pernikahan itu hakikatnya sama
dan tidak ada perbedaan di setiap kebudayaan,karna dapat di artikan tujuan dari
pernikan itu, menjalin hidup yang baru untuk mencapai suatu kebahagiaan,dan
akan hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup.
B. Pernikahan Adat Sunda
Pernikahan memang salah
satu upacara sakral yang diharapkan sekali seumur hidup. Bentuk pernikahan
banyak sekali macamnya dari yang paling sederhana sampai yang paling lengkap
karena memakai upacara adat suatu daerah tertentu. Orang Indonesia jika menikah
niscaya tidak pernah meninggalkan adatnya. Kalau tidak mengikuti adat dari
pengantin pria biasanya mengikuti adat pengantin wanita. Inti dari pernikahan
sejatinya sama yaitu ingin mendapat restu dari orangtua dan masyarakat luas.
Banyaknya adat dan
budaya di Indonesia, tentunya menjadikan banyak pula macam prosesi pernikahan
adat yang berbeda-beda. Seperti prosesi pernikahan adat sunda ini, kekayaan
budaya tatar sunda dapat kita lihat lewat prosesi pernikahan adatnya yang
diwarnai dengan humor namun tidak menghilangkan nuansa sakral dan khidmat.
Dalam pernikahan adat
sunda hampir sama dengan adat pernikahan jawa dan daerah lainnya. Ada
beberapa acara yang harus dilakukan untuk melangsungkan pernikahan. Diawali
dengan meminta izin kepada kedua orangtua melalui pengajian. Dilanjutkan
dengan siraman sampai prosesi pernikahan. Bagi banyak orang
sunda, tahap-tahap prosesi pernikahan adat wajib untuk dilakukan.
C. Pernikahan Adat Sunda di Daerah Cisaga Ciamis
05 Mei 2016, di Cisaga, tepatnya di Cisaga kota persis di seberang Mesjid Agung Cisaga, berlangsung sebuah pesta
pernikahan antara dua mempelai yang semuaya berasal dari Desa Cisaga. Setting
menggunakan setting Budaya Sunda. Upacara adat, termasuk pakaian pengantin adat
sunda dikenakan kedua mempelai beserta para kerabat dan panitia. Akad nikah dilakukan langsung di
Mesjid Agung Cisaga yang terhalang Jalan Raya Ciamis - Banjar dari tempat
belangsungnya pesta pernikahan. Gelaran Electone disajikan
untuk menambah semarak pesta pernikahan tersebut. Menjelang sore, Jalan Raya Ciamis - Banjar masih cukup padat dilalui
berbagai kendaraan, termasuk sebuah rombongan tour wisata yang melintas dari
arah Ciamis menuju Banjar. Kendaraan yang digunakan jenis bis yang berhenti di
Pertigaan Cisaga (Jalan pertigaan Ciamis - Banjar dan Rancah). Rombongan turun
dari bis dan berlajan menyusuri jalan Ciamis - Banjar, melewati Kantor Desa
Cisaga yang berseberangan dengan desa Alun-alun Kecamatan Cisaga, dan kembali
ke depan Mesjid Agung Cisaga tepatnya ke tempat resepsi pernikahan berlangsung.
D. Prosesi Pernikahan Adat Sunda Sebelum Hari H
1. Neundeun Omong
(Menyimpan Ucapan)
Pada prosesi pertama adalah pembicaraan antara kedua pihak orang tua
mempelai atau walinya yang dipercaya jadi menjadi utusan pihak pria yang
mempunyai rencana untuk mempersunting seorang wanita sunda.
Orang tua atau wali datang bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak
sang wanita akan dilamar. Sebelumnya orang tua masing-masing memang telah
membuat kesepakatan untuk menjodohkan atau sang pria dan wanitanya sudah
sepakat untuk mengikat janji dalam suatu ikatan pernikahan. Selanjutnya orang
tua pria datang sendiri atau menyuruh orang lain ke rumah sang wanita untuk
menyampaikan niatnya.
Intinya, neundeun omong (titip ucap, menaruh perkataan
atau menyimpan janji) yang mengharapkan sang wanita agar menjadi menantunya.
Dalam hal ini, orang tua atau wali membutuhkan kepandaian berbicara, berbahasa
dan penuh keramahan.
2. Narosan atau
Nyeureuhan (Lamaran)
Prosesi melamar atau meminang ini adalah sebagai tindak lanjut dari tahap
pertama. Prosesi ini dilakukan orang tua calon pengantin keluarga sunda dan
keluarga dekat. Hampir mirip pada tahap pertama, bedanya dalam lamaran, orang
tua pria biasanya mendatangi calon besannyadengan membawa makanan atau
bingkisan kepada mempelai wanita dengan seadanya, membawa lamareun untuk pameungkeut yaitu
tali pengikat kepada calon pengantin wanitanya. Biasanya berupa uang,
seperangkat pakaian, semacam cincin pertunangan, sirih pinang komplit dan
lainnya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan waktu dan hari yang
disepakati untuk melangsungkan pernikahan.
3. Tunangan
Prosesi pernikahan adat sunda yang ketiga adalah prosesi patuker
beubeur tameuh, secara tradisional yaitu dilakukan
penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada sang wanita. Sedangkan secara modern pertukaran cincin
mempelai pria dan wanita biar keduanya saling terikat.
4. Seserahan
(Nyandakeun)
Pada 3 – 7 hari sebelum pernikahan, calon pengantin pria membawa uang,
pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk Seureuh
Ini adalah prosesi yang
tidak wajib atau pilihan. Jika ngeuyeuk seureuh tidak
dilakukan, maka seserahan dilakukan sesaat sebelum akad nikah. Tahap ini
dilakukan sebagai berikut:
a. Dipimpin Pengeuyeuk.
b. Pengeuyek menyuruh kedua calon pengantin untuk meminta ijin dan doa restu
kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau
benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan
sebagainya.
c. Diiringi lagu kidung oleh Pangeuyeuk.
d. Disawer beras, agar hidup sejahtera.
e. Dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan rajin
bekerja.
f. Membuka kain putih
penutup Pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina
masih bersih dan belum ternoda.
g. Membelah mayang
jambe dan buah pinang oleh calon pengantin pria. Mempunyai makna agar keduanya
saling mengasihi dan bisa menyesuaikan diri.
h. Menumbukkan alu ke
dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon pengantin pria.
6. Membuat Lungkun
Saling hadapkan dua lembar sirih bertangkai. Digulung menjadi satu
memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir.
Maknanya agar kelak rezeki yang didapat jika berlebihan bisa dibagikan kepada saudara dan handai
taulan.
7. Berebut Uang
Prosesi ini dilaksanakan di bawah tikar sambil disawer setelah resepsi pernikahan. Bermakna
berlomba-lomba dalam mencari rejeki dan disayang keluarga.
E. Prosesi Upacara
Pernikahan
a. Penjemputan Calon
Pengantin Pria
Sebelum resepsi dimulai dilakukan penyambutan dari mempelai wanita untuk
menyambut mempelai pria. Dilakukan oleh utusan
dari pihak wanita.
b. Ngabageakeun
Ibu calon pengantin
wanita menyambut dengan mengalungkan bunga melati kepada calon pengantin pria.
Kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju
pelaminan.
c. Akad Nikah
Petugas KUA, para saksi
dan pengantin pria telah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput
pengantin wanita dari kamar. Kemudian didudukkan di sebelah kiri pengantin pria
dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang bermakna penyatuan
dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka ketika kedua mempelai akan
menandatangani surat nikah.
d. Sungkeman
sungkeman dalam
berbagai daerah dilakukukan dengan cara berbeda – beda seperti masyarakat jawa,
sungkuman dilakukan dengan cara mempelai pria berjalan jongkok menuju kepada
orang tua kedua mempelai untuk meminta ampun dan meminta restu. Begitu juga di
jawa barat khususnya didaerah cisaga ciamis sungkeman dilakukan dengan cara berlutut
dihadapan kepada kedua orang tua untuk meminta restu dan meminta ampun.
e. Wejangan
Setelah akad nikah diberikan
nasehat kepada kedua mempelai agar rumah keduanya diberikan kebaikan dam dilaksanakan
oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
f. Saweran
Kedua pengantin didudukkan
di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan.
Pantun mengandung petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin
dipayungi dengan payung yang besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit
ke atas payung.
g. Meuleum Harupat
Pengantin wanita
menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram
pengantin wanita dengan kendi air. Lalu harupat dipatahkan
oleh pengantin pria.
h. Nincak endog
(Menginjak Telur)
Prosesi ini akan dilakukan setelah kedua mempelai melakukan
akad nikah. Nincak endog ini melambangkan kemampuan mempelai laki laki untuk
memberikan keturunan bagi generasi keluarga. Pengantin pria lah yang menginjak telur
dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air
bunga dan dilap oleh pengantin wanita.
i. Muka Panto (Buka
Pintu)
Diawali mengetuk pintu
tiga kali. Lalu diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan
luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin
masuk menuju pelaminan.
Prosesi pernikahan adat
sunda saat ini mulai disederhanakan, melihat prosesinya yang begitu panjang dan
melelahkan. Bahkan menurut sebagian ulama, Prosesi pernikahan ini terlalu
mubazir sebab ada prosesi menginjak telur yang diibaratkan sangat tidak
menghargai kreasi Yang Maha Kuasa. Namun adat tetap saja adat, bagaimanapun
bangsa ini tetap harus melestarikan adatnya yang ada.
E. Kesimpulan
Pernikahan adat Sunda di Jawa Barat sangat banyak tradisi dan keunikannya. Pernikah di daerah
cisaga ciamis ini juga memiliki tradisi pernikah yang unik seprti. Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman
(sehari sebelumnya, acara "seren sumeren" calon pengantin. Kemudian
acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor), "meuleum
harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan
kendi, sawer dan "ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan
pundi-pundi yang berisi uang logam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar