PESTA LAUT: TRADISI NELAYAN DI DESA CARITA,
PANDEGLANG, BANTEN
Oleh: Siti Mahfudzoh
Pesta laut merupakan adat istiadat nenek moyang dari zaman dahulu
kala, pesta laut ini selalu dilaksanakan setiap setahun sekali dengan kesepakatan
para nelayan dan masyarakat di kampung Persawahan Desa Carita Kec. Carita Kabupaten Pandeglang Banten Diselenggarakan oleh para nelayan yang
diketuai oleh bapak Didi Syarif selaku ketua HNSI (Himpunan Nelayan
Se-Indonesia) sekaigus ketua panitia penyelenggara Pesta Laut.
Tujuan pesta laut yang diselenggarakan setahun sekali ini adalah sebagai
tanda syukur kepada Allah Yang Maha Esa melalui doa dan mengadakan hiburan wayang
golek, perlombaan volley ball putra dan putri, festival band, panjat pinang,
parade perahu hias, dan karaokean. Semua ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki yang melimpah kepada
para nelayan kebahagiaan.
Pelaksanaan Pesta Laut
Pesta laut ini disebut juga dengan “Pesta Rakyat” karena berbagai
macam hiburan dan perlombaan dilaksanakan dan dinikmati oleh masyarakat baik
yang nelayan ataupun yang bukan. Bagaimana tidak, Selama 20 hari terdapat
berbagai macam hiburan yang diselenggarakan panitia letaknya tidak jauh dari
pantai yaitu di pesisir pantai. Segala
macam hiburan di adakan di sekitar pantai. Sampai panggung besar dan mewah menghiasi
pesisir pantai. Pesta laut ini selalu di hadiri oleh para
pejabat yakni Gubernur, Bupati, Kepala
Desa, dan Camat. Biaya yang dikeluarkan juga tidak kecil. Para nelayan
bersepakat bahwa dana untuk pesta pantai hasil dari iuran para nelayan dan
penyebaran proposal. Untuk iuran, keluarga para nelayan dipatok uang yang mesti
dibayarkan, tetapi jika tidak mampu tidak masalah, jumlah rupiahnya tidak
diketahui, melainkan mengikuti perkembangan perekonomian pada saat itu. Dan untuk penyebaran pengajuan proposal,
maka pihak panitia membagi masyarakt untuk menyebarkan pengajuan proposal ke
instansi Negara atau intansi swasta. Instansi seperti
kantor Bupati, Kantor Gubernur, Kantor Camat. Dan intansi swasta seperti
Selama 20 hari , perlombaan-perlombaan diselenggarakan oleh
panitia, seperti perlombaan volley ball putra dan putri, Pada hari
mendekati akhir, diselenggarakan hiburan seperti Jaipongan yang berlangsung selama sehari
semalam, kemudian Wayang Golek yang
berlangsung selama 2 hari 2 malam.
Ruwat Laut
Yaitu ruwat yang dilakukan di laut. Ruwat laut dilasksanakan ketika hari terakhir, para nelayan dan
masyarakat pergi pawai ke laut untuk
membuang kepala kerbau dan badan kerbau yang sudah tidak ada dagingnya,
melankan diganti oleh pasir yang dimasukkan ke dalam kulit kerbau kemudian
dijahit kembali. Dagingnya yang diberi
ke warga,dimasak serta dimakan oleh warga setempat. Kulitnya dijait dalamnya
berisi pasir yang dibungkus menggunakan karung. Kerbau ini hanya satu l ekor saja yang
diserahkan ke laut. Biasanya hanya satu kerbau yang dibuang ke laut, membuang
kepala kerbau ke laut tidak sembraangan membuang di laut, ada tempat yang dipercayai
itu adalah tempat peristirahatan kerbau, yamg bernama Karang Dalem Lor. Setelah membuang ke laut, pak Dalang (yang memimpin
wayang golek) berdoa untuk meminta
kesejahteraan warga dan dilimpahkan
segala rizki bagi para nelayan, dan meminta kemakmuran warga setempat kepada Allah
Yang Maha Esa. Yang mrnunjukkan ke karang dalem lor adalah kepala nelayannya,
kepala nelaya, kepala desa, dan warga yang memiliki perahu hias. Setelah kerbau
dibuang, maka warga kembali ke teluk pantai Carita. Ruwat laut ini dilakukan
dari jam 10 pagi sampai selesai. Dilanjutkan dengan pertunjukkan
hiburan-hiburan.
Ruwat Darat
Setelah membuang kerbau siang harinya satu hari satu malam, dilakukan lagi ruwat darat, yaitu Dalang
kembali berdoa untuk kesejahteraan dan kemelimpahan rizki kepada Allah SWT.
Seperti namanya, ruwat darat dilakukan di darat yaitu di pesisir pantai. Tetapi
tak ada pembuangan kerbau dalam ruwat darat ini, melainkan hanya berdoa oleh
Dalang tersebut.
Ruwat laut dan ruwat darat yang dilakukan adalah dengan diiringi
music dan nyanyian. Mereka mempercayai bahwa jika berdoa tidak memakai atau
memberikan apapun maka rasanya kurang afdhal. Untuk itulah nenek moyang mereka
mempercayai pembuangan kerbau dan di adakannya pesta laut dan dilakukan sampai
sekarang setahun sekali. Jika tidak melaksanakan pesta laut ini, kadang-kadang
terjadi kesururpan, rizki nelayanpun berkurang, maka diadakanlh kesepakatan
antar warga untuk selalu mengadakan pesta laut setiap tahunnya. Kesepakatan ini
dilakukan oleh 4 desa yang dekat dengan pantai di kecamatan Carita, yaitu
Carita, Banjarmasin, sukajadi, sukarame.
Kesepakatan ini dilakukan pada Musyawarah Akbar di TPI : Tempat Pelelangan Ikan yang tidak
jauh dari pantai. Disana kepala desa berkumpul untuk membincangkan kelangsungan
Pesta Laut yang dikepalai oleh ketua Nelayan se-Kecamatan Carita.
Berikut Beberapa foto saya dan Pak Didi Syarif selaku kepala
Nelayan dan foto Pesta laut Carita tahun
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar