HARI NELAYAN
Oleh: Dewi Purnamasari
Di Pelabuhan Ratu Sukabumi
Jawa Barat, terdapat suatu tradisi turun temurun dari nenek moyang dahulu
sampai sekarang masih di pegah teguh oleh masyarakat asli setempat. Tradisi ini
bernama upacara Labuh Saji atau yang dikenal oleh masyarakat adalah upacara
Hari Nelayan, karena upacara ini di gelar oleh para nelayan. Menurut pemaran
bapak Yitno (salah satu nelayan) upacara ini digelar bertujuan untuk menghormati
seorang putri yang bernama putri mayang sagara yang berasal dari kerajaan dadap
malang-loji. Ia adalah keturunan Raden Kembang Bagus dan Ratu Puut Purnamasari.
Menurut mitologi yang berkembang, Raden Kumbang Bagus ini berasal dari Kerajaan
Pakuan Bogor yang memiliki konflik diistananya, kemudian ia pergi dan menetap di
wilayah Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Upacara adat diawali
dengan pelepasan iring-iringan Ratu dari depan Pendopo Kabupaten Sukabumi,
Palabuhan ratu biasanya dipimpin oleh Gubernur. Rombongan tersebut melintasi
jalanan utama Palabuhanratu menuju lokasi utama upacara adat yang digelar di
Dermaga.
Dalam upacara ini,
wanita yang berperan sebagai Putri Mayang Sagara memakai kostum berwarna hijau,
yaitu warna yang menjadi ciri khas Nyi Roro Kidul dengan hiasan Nyi mirip
dengan ratu Pantai Sealatan tersebut, dan yang berperan sebagai Raden kumbang
bagus alis bapak ratu mayang sagara biasanya memakai kostum hijau, tapi untuk
prayaan tahun 2016 ini ia hanya kainnya saja yang berwarna hijau.
Diatas adalah gambar di Dermaga pas perayaan hari nelayan
di gelar, bukan hanya para nelayan tetapi juga masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong
datang baik ke dermaga 1 maupun dermaga dua. Juga jika anda ingin ke sana bisa
datang ke TPI (tempat pelelangan ikan) untuk menyaksikan berlangsungnya
kemeriahan upacara adata atau pesta laut ini.
Sesajen yang akan di
lempar ke tengah lautan, yang biasanya dilengkapi dengan kepala kerbau atau
kambing di tengah buah dan sayur tersebut tapi untuk tahun-tahun belakangan ini
agak berbeda. Kepala kerbau dan kepala kambing digantikan dengan pelepasan
bibit ikan, Benur (bibit udang) dan tukik (bibit penyu).
Upacara tradisi ini dirayakan
setiap satu tahun sekali, yaitu pada tanggal 6 April, yang berfungsi untuk
memberikan kado pada penguasa laut pantai selatan yaitu ratu Nyi roro kidul, yang
tujuannya adalah agar masyarakat nelayan mempunyai hubungan baik dengan
penguasa pantai tersebut, sehingga penghasilan para nelayan subur. Dan upcara
adat ini merupakan bentuk nyata para nelayan yang masih menjunjung tinggi para
leluhur mereka sebagai ungkpana rasa syukur pada Allah SWT karena telah
memberikan keberkahan dan kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar